Sabtu, 11 Desember 2010

Ironi kata "Maaf".

Maaf rumah makan ini bukan kelas elit, tapi entah kenapa kerah biru sampai coklat datang silih berganti.
Maaf rumah makan ini tidak nyaman, tapi entah kenapa pengunjung selalu ramai setiap hari.
Maaf saya memang tidak tahu cara memasak, tapi entah kenapa masakan saya jadi bulan bulanan penghargaan.
Maaf bahan dan bumbu yang saya gunakan seadanya, tapi entah kenapa rasa makanan yang saya buat selalu mendapat pujian.
Maaf saya tidak bisa berdagang, tapi entah kenapa rumah makan saya berkembang pesat dan maju.
Maaf saya tidak bisa melayani dengan baik, tapi entah kenapa pengunjung selalu datang kembali.
Maaf saya tidak pandai menyampaikan kata, tapi entah kenapa anda bisa mengerti.
Maaf tulisan ini membosankan dan tidak penting, tapi entah kenapa anda mau melanjutkan membaca.
Maaf kalau menurut anda saya orang bodoh, tapi entah kenapa anda mau saya bodohi.
Maaf kalau menurut anda saya tidak ber-etika, tapi entah kenapa saya ragu anda memiliki etika setelah membaca tulisan ini.
Maaf kalau menurut anda tidak berkomentar tentang tulisan ini akhirnya menjadi jalan terbaik untuk anda agar tetap terhormat dan pintar, tapi entah kenapa hal itu menjadi sama dengan kepengecutan yang anda simpan dan pembodohan diri sendiri, karena anda tahu dan anda membacanya sampai habis.

Kamis, 25 November 2010

Kunang kunang

Jangan menangis,
Jangan bersedih,
Tetaplah tersenyum.

Kuat kan diri,
Tabah kan hati,
Tetaplah melangkah kedepan.

Semua akan baik baik saja.
Semua akan seperti yang diimpikan.

Kunang kunang, kunang kunang temani dirinya saat aku tak bersamanya.
Kunang kunang, kunang kunang tenangkan dirinya saat aku tak disisinya.
Kunang kunang, kunang kunang hibur dirinya saat aku tak disampingnya.
Kunang kunang, kunang kunang jaga dirinya seperti aku menjaganya.

Kepercayaan dan pengertian.
Dengan hati bukan mata atau kepala dengan tanda tanya.

Suatu hari saat senyuman yang tersisip koma terukir nyata diakhir penantian,
Kunang kunang akan berterbangan pergi ke segala penjuru,
Dengan membawa sebuah cerita nyata tentang rasa yang disampaikan lewat kata.

Selasa, 23 November 2010

Untukmu

Lelah hati ini untuk bersedih.
Hingga kata kata indah tiada pernah lagi terucap.
Sementara kau tiada memahami, hati dan cinta ini.

Aku tahu, aku tidak akan bisa menjadi seperti yang kau inginkan.
Tapi aku terus mencoba untuk selalu ada disisimu.

Pernahkah kau sadari.
Besarnya cinta ini tiada berbatas lagi.
Seandainya kau tahu pengorbanan diri ini untuk dirimu.

Aku tahu, aku tidak akan mampu memberikan apa yang kau butuhkan.
Tapi aku selalu mencoba untuk memberikan apa yang kau inginkan.

Meski tiada mungkin, tiada pernah kau pahami bahwa kaulah alasanku selalu menunggu datangnya pagi.
Meski tiada bisa, tiada mampu kau mengerti disini aku selalu menunggumu datang untuk menemani hingga malam berganti.

Senin, 22 November 2010

Bias nyata sebuah cinta

Aku bersembunyi dari keramaian disebuah lorong disamping toko "Harapan".
Aku menyandarkan punggung pada dinding lorong.
Melempar angan jauh kedepan.
Menatap langit.
Memejamkan mata.
Menarik nafas panjang.
Tersenyum kecil dengan pasrah.
Kuhembuskan nafas perlahan.
Menundukkan kepala.
Membuka mata.

Aku berkata didalam hati dengan tersenyum;
"Aku akan selalu berdo'a dan bersyukur untuk tidak membenci siapapun".

Aku melihat kearah keramaian di ujung lorong.
Disana terdapat banyak tawa; tawa ceria, tawa bingung, tawa hampa, tawa yang terbata, tawa paksa, tawa satir, tawa mangkir dan tawa berantai.
Tawa itu ada dimataku, mungkinkah terlihat sama dimata mereka.

Aku membalikkan badanku.
Memijakkan langkah pertama untuk kembali kearah keramaian itu.
Satu dua tiga langkah dan aku terhenti.
Mengangkat kepala dari sudut menunduk.
Meluruskan pandangan.
Memalingkan kepala kesamping.
Dia, berada tepat disampingku.
Melihat lurus kedepan dengan mata berseri penuh impian. Tersenyum seolah berkata;
"Aku akan menemanimu. Kau tidak akan sendiri lagi dimanapun".
"Percaya padaku, semua akan terlewati dengan baik, meskipun aral melintang".
"Aku ingin kau menungguku, hingga aku benar benar siap untuk berada disampingmu".

Dia, menghilang.
Aku tersenyum lebih besar sekarang.
Memalingkan wajah kedepan, kearah keramaian.
Aku bersiap untuk berlari kesana, dengan berkata dalam hati;
"Aku akan menunggumu, selalu dan tak akan pernah letih. Aku tidak akan membenci ataupun marah dan kecewa seandainya kau tidak akan benar benar datang. Karena aku berjalan dan berlari dengan berfikir akhir yang baik atau buruk hanyalah persepsi".
"Adanya dirimu dan semua adalah anugrah yang indah".
"Terima kasih, untuk kisah ini dengan apapun akhir cerita yang belum tertulis".
"Aku menunggumu dan berharap kau tetap tersenyum disana".

Jumat, 19 November 2010

Dunia menjadi Fatamorgana

Sebuah dunia antara nyata dan mimpi.
Aku terdiam merenungin, meyakinkan.
Tenggelam dan mulai tenggelam.

Waktu berlalu, semakin tenggelam dan terbuai oleh senadung maya Aphrodite dari kejauhan.
Detik menjelma menjadi hari.
Deru angin terasa bagai diciptakan untuk menyejukan dengan tautan nafas yang perlahan.
Ombak menyapu perlahan membiaskan nyata.
Rindang pepohonan begoyang lembut hempaskan kesadaran.
Sinar mentari menyentuh halus menegaskan kehangatan.
Dunia menjadi Fatamorgana.

Ku jejakkan kaki yang sama seperti yang dijejakkan adam untuk hawa.
Beralih berjalan meninggalkan kesunyian.
Kurasakan perbedaan antara mimpi dan nyata.
Aku tidak sedang tertidur, tapi ini terasa bagai dunia lain.

Hingga,
Setiap sudut hati berkata ini; Cinta.

Kamis, 18 November 2010

Dia yang senang ditunggu

Semoga ini benar.
Semoga ini tepat.
Semoga ini sesuai.
Semoga ini akan seindah harapannya.

Dia yang senang ditunggu.
Dia yang tersenyum lewat kata berimbuhan rasa.
Dia yang mengintip lewat hati.

Dia yang mengatakan akan menghilang saat 9.
Dia yang mengatakan kata kata menghindar.
Dia yang sepertinya khawatir akan masa lalu.
Dia yang menguji lewat tanda.

Dia pasti ku temukan meski ribuan bunga berusaha menyamarkan pengelihatanku.
Dia pasti akan kucari meski malam gelap menyamarkan keindahannya.

Karena dia pilihanku, dan mungkin yang dipilihkan.
Karena dia ada disebuah tempat bernama "Hati".

Aku tetap menunggu untuk Dia yang senang ditunggu.

Retorika skeptis berdefinisi nonpredikatif

Retorika skeptis berdefinisi nonpredikatif.
Dan mereka tidak tahu siapa yang dihadapi, mereka terpukau.
Rancangan yang sebenarnya mereka rancang, kini menuai hasil di tangan pihak ke-tiga.

Dogma dengan tarikan dan uluran layang layang.
Pragmatisme yang luar biasa lewat lelucon.
Dekrit menjadi sabda lewat simbol simbol.

Ideologi kambing kompeni, mati tertindas hukum alam.
Hitler melawan Mahatma ghandi, ini titik teraneh.

Buka mata! lebarkan pandangan!
Lebih teliti mendengar! pakai telinga!
Berfikir itu dengan otak, bukan dengan hati!

Fikiran berlandaskan hati atau hati berlandaskan fikiran.
Atau,
Fikiran untuk hati atau hati untuk fikiran.

Senin, 15 November 2010

Sebuah tanda mata indah dari hari ini

Rasa yang terukir miris melewati Dia yang berjalan dan tiba tiba lunglai menuju tempat yang menjadi titik pemberhentianku.

Dia,
Seolah tidak perduli akan apa yang dikejarnya untuk hari ini.
Seolah tidak perduli akan cucuran keringatnya karena panas matahari.
Seolah tidak perduli akan jarak yang telah ditempuhnya.
Seolah tidak perduli akan beban dibahunya.
Dia,
Menuturkan kemuliaan, kata katanya indah mengiris hati.
Tubuhnya yang mengisyaratkan seolah berkata;
"Sudah cukup untuk hari ini. Aku telah berjuang sepenuh hati dan jiwa. Ini semua ku persembahkan atas nama sang pencipta, diambang batasku".

Aku,
Kesadaran rata dengan tanah.
Tubuh bergetar bagaikan petir menyambar.
Keringat dingin mengalir deras dalam kecepatan cahaya.
Mata terasa berkaca kaca, dan airmata mengalir dengan arus deras ditempat yang tidak terpeta-kan dunia autopsi .

Sebuah tanda mata indah dari hari ini.
Kecerdasan adalah saat tidak ada yang lebih penting dari apa yang seharusnya.
Kebaikan adalah saat pandangan bukan dari apa yang terlihat tetapi terasa.
Keikhlasan adalah saat tidak menimbang dan membandingkan tetapi mempercayakan.
Kecintaan adalah saat mengerti bukan sekedar memberikan segalanya.

Kamis, 11 November 2010

Mayat mayat tersenyum

Bertebaran mayat mayat dengan senyum disuatu kota.
Membusuk ditepian jalan, hanya ditutupi koran mingguan bekas dengan tulisan samar.

Bau busuk itu sungguh menggangu, sungguh sungguh menggangu. bahkan bau busuk itu tercium hingga kekota lain, sampai sampai mereka berani mendekati mayat mayat untuk membaca lewat koran mingguan bekas itu demi keingin-tahuan, entah itu untuk pembelajaran agar mereka terhindar dari kejadian ini atau hanya untuk lebih membusukan mayat mayat.

Aku duduk bertumpu pada telapak kaki melipat kedua lutut memeluknya dengan erat dan menciumnya seraya melihat mayat mayat yang tergeletak disekelilingku hingga batas terjauh mata memandang.

Didalam kepalaku berputar dan hilir mudik kata kata berakhiran tanda tanya;
apa yang membuat mereka menjadi mayat?,
apa yang membuat mereka semua tersenyum?.

Didalam kepalaku berputar dan hilir mudik kata kata berakhiran tanda seru;
kalau penyebabnya adalah setan, mereka pasti ....!
kalau penyebabnya adalah wabah mereka pasti ....!
kalau penyebabnya adalah bencana alam mereka pasti....!
kalau penyebabnya adalah kelaparan mereka pasti ....!
kalau penyebabnya adalah perang mereka pasti ....!.

Aku tidak mampu berlari bahkan menggerakkan sedikit saja sendi sendi.
Putaran putaran dan hilir mudik yang berlalu lalang ricuh, memaku mulai dari ujung jari hingga ubun ubun.
Aku menunggu, aku menanti, sampai kulihat sosok dengan masker berdiri menatapku dari kejauhan. Harapan itu masih ada, Ku angkat kepalaku dan tersenyum berharap dia tahu bahwa aku masih bernafas, aku masih hidup. Meskipun lidah dan bibir hingga seluruh tubuhku telah kaku oleh dinginnya kutub kutub.

Seharusnya, dia tidak perlu datang.

Agar aku tidak tersenyum akan sebuah harapan dan angan angan yang membumbung jauh ke langit.

Agar aku tetap mati beku dan kaku oleh dinginnya kutub kutub dalam keadaan menundukan kepala dan memeluk lutut.

Agar aku bisa menjadi prasasti akan kengerian yang berakhir maut oleh kebisuan dan ketidak pedulian atas hidup dan pemikiran dikota ini.

Dan helaan nafas terakhir, ku hembuskan dengan senyum.

Selasa, 09 November 2010

Strategi tanpa hati

Strategi tanpa hati!.
Strategi tanpa hati!.
Strategi tanpa hati!.

Kalau memang aku, mengapa mereka yang dirobek.
Kalau memang aku, mengapa mereka yang dijadikan pion pion.

Mereka bisa hilang arah karena buta akan medan.
Mereka bisa terbunuh akibat perang ini.
Seandainya mereka digiring ke medan ini, mereka akan melihat pembantaian sedarah.
Seandainya mereka selamat setelah perang ini, mereka telah menjadi pembunuh.

Strategi tanpa hati!.
Strategi tanpa hati!.
Strategi tanpa hati!.

Kalau memang aku, mengapa mereka yang harus jadi korban.
Kalau memang aku, mengapa mereka yang dijadikan pion pion.

Ini sudah bukan permainan diatas kertas.
Ini sudah bukan permainan diatas kayu hitam putih.

Pemilik strategi tanpa hati, aku memilih mundur dari perang ini.
Pemilik strategi tanpa hati, aku memilih mundur dari pembantaian ini.
Pemilik strategi tanpa hati, aku memilih mereka tidak melihat ku membantai atau dibantai.
Pemilik strategi tanpa hati, aku memilih hidup mereka jauh diatas kerajaan yang terdaulat sepihak didalam kepalamu aku milikinya.

Senin, 08 November 2010

Guruku dan airmataku

Aku menghadap Guruku.
"Aku bersumpah atas Kesucian guruku, aku tidak akan memakai pemikiranku didalam dunia miliknya".
"Aku bersumpah atas Pengabdian guruku, aku tidak akan menyebutkan namanya sebagai orang yang aku teladani didalam dunia miliknya".
"Aku bersumpah atas Keagungan guruku, aku tidak akan melanggar kata kata yang bersematkan sumpah dihadapannya".
"Aku bersumpah atas Kecintaan terhadap guruku, aku akan pergi dari kerajaannya".

Guruku Menemukan Ku.
"Aku atas nama Kesucian muridku, aku melerai dan membumi hanguskan ucapan yang kau ikatkan didunia milikku".
"Aku atas Pengabdian muridku, aku melerai dan membumi hanguskan ucapan yang kau ikatkan padaku sebagai teladanmu didalam dunia milikku".
"Aku atas Keagungan muridku, aku melerai dan membumi hanguskan kata kata yang disematkan sumpah yang telah kau ucapkan dihadapanku".
"Aku atas Kecintaan terhadap muridku, aku berikan mahkota milikku jika engkau bersedia menerima".

"Aku atas Kasih sayang akan muridku, keangkuhanku tidak boleh kau jadikan milikmu".
"Aku atas Kerinduan akan muridku, senyummu adalah senyumku bahagiamu adalah kebahagianku".

Aku memeluk Guruku.
Aku tersenyum untuk guruku.
Aku berbahagia dia Guruku.
Aku mengusap airmataku.

Rabu, 03 November 2010

Obat Pereda Panas Dalam Cinta

Apa yang harus aku lakukan. aku harus keras berfikir.
aku harus mencari obat pereda panas dalam yang disebabkan oleh cinta ini.

Apa yaa? apa?
aku harus segera pergi ke tabib, ya harus.

Aaarrggh menyebalkan, aku bertanya baik baik, tabib botak itu se-enaknya berkata;
"Yee lu olang ngeledek owe, owe kasih tapak naga, iS DEAD lu..!".
haduuuuh dasar botak.

Kemana ya? ayoo berfikir berfikiiiirr.. Ahh, harusnya ke dokter cinta, yaa dokter cinta!.

Ihhh menjijikan, orang minta bantuan, si dokter se-enaknya menawarkan;
"Jangan liat casingnya, biar begini bisa bikin merem melek loh".
Ihhh Najiiiiis, tidak malu apa pada keriputnya sendiri?!, ihhhhh..

Haduuuh harus bagaimana lagi ya, tidak mungkin berdiam diri saat bertemu mereka.
Jam sudah menujukan pukul 5, dan aku harus bergegas ke rumah makan itu.
tapi kalau aku bicara mereka pasti tahu lewat bau mulutku.
Haduuuh hadeeeeh hadoooohh..
sudahlah aku harus bergegas.

Aku:
"Bu, Teh manis hangat satu ya".
Untung mereka belum datang jadi aku tidak perlu berbicara memberi salam,
Tapi aku tidak mungkin tidak berbicara sama sekali pada mereka nanti.
Aku sungguh bingung, toples acar sudah aku aduk aduk, sambal pun tidak lolos dari siksaan sampai tertumpah ditanganku.

Ibu pemilik rumah makan:
"ini mas tehnya".
Aku:
"terimakasih bu".
Ibu pemilik rumah makan:
"kalau tidak dimakan, tolong jangan dibuat mainan ya mas".
Aku:
"Haduh, iya bu maaf maaf".

Haduuuh bagaimana ini, seandainya saja ada obat pereda panas dalam karena cinta ini.
Haduuuh, kenapa aku sampai jatuh cinta lagi sih, bodoh.

"AHAAAAA..Yessssss" aku dapat ide.

pengunjung 1:
"berisiiik".
Pengunjung 2:
"heh, jangan bikin kaget dong kalau saya tersedak, kamu mau belikan minum?!".
Ibu pemilik rumah makan:
"mas, kalau sekali lagi mas buat masalah, anda saya persilahkan keluar".
Aku:
"Aduh maaf maaf, tidak sengaja maaf maaf".
Haduuuh galak sekali si Ibu pemilik rumah makan ini, cuma hal kecil saja aku ingin diusir.

Aku harus melaksanakan ide brilian tadi, selagi mereka belum datang hahaha..
Ini dia photo itu, aku tatap photo itu tanpa mengedipkan mata sedikitpun.
"aduuh, periiih".
tidak boleh menyerah aku harus coba lagi, tidak boleh mengedipkan mata. haduh mereka sudah terlihat datang dari kejauhan.
aku harus berhasil menahan mataku agar tidak berkedip!.

Teman 1:
"woy bro apa kaabaaar looooo", "lo kenapa bro?".
Teman 2:
"Are you okay?", "jangan nangis disini dong, malu men cowo nangis didepan umum".
Teman 1:
"ayolah bro, jangan buat kita di anggap homo", "please
bro".
Teman 2:
"ooh ini penyebabnya, jadi photo ini bikin lo inget lagi ya, udah lah meen, banyak ko cewe yang mau sama lo".
Teman 1:
"iya broo, gue taro lagi didalam dompet lo ya", "udah bro jangan kaya gini dong".
Teman 2:
"iya men tahan men tahan, ayoo dong, ini ngga lo banget meen. gini men, apapun yang terjadi sama lo, kita siap lo peluk dan memberikan pundak buat lo bersandar men".
Teman 1:
"idih, ko kaya homo lo, lo aja gue ogah, ihhh.."
Teman 2:
"lo kaga pengertian bener deh, udah tau temen lagi sedih".

tiba tiba aku juga berfikiran sama, akan sangat memalukan bila orang orang disektar kami berfikir kami homoseksual. akupun membasuh airmata ku dengan kedua tangan ku ini. biarpun hanya pura pura, tapi bisa jadi malapetaka kalau kami dia anggap homoseksual. tapi aku tetap tidak akan berbicara, dan sekarang situasi aman terkendali, biarkan saja mereka berfikir seperti yang terlihat.
Haduuh, apa ini, apa yang terjadi??!!!. haduh ada apa ini? kenapa bisa terjadi???. Tumpahan sambal..

Aku:
"PERIIIIIIHHHH".
Teman 2:
"yaaaah ko lo jadi kejer begini, jangan men jangan ngamuk ngamuk disini", "woy, lo bantuin dong pegangin, ntar kalo dia ngamuk ngamuk dijalan gimana".
Teman 1:
"ah ngerepotin lo, cowo cengeng, setan".
Teman 2:
"udah lo diem jangan bawel, bekep aja yang kenceng jangan kemana mana", "men udah men, gue tau itu perih buat lo udah meen sabar, jangan di inget inget lagi tu cewe".
Aku:
"Pa Pa PANAAAASS".
Teman 1:
"iye, gue juga panas nih ngeliat lo begini, bikin malu aja lo, setaan".
Teman 2:
"lo apa apaan sih temen lagi ancur gini juga", "udah men lupain dia men, lupaiiin kenangan kenangan indah lo, lupaiin semua sakit hati lo, lo harus bangkit lo harus berdiri tegar dan tegak kembali, lo harus cari cewe lain, banyak cewe lain yang lebih baik dari dia, percaya sama gue".
"ah men, jangan nunduk men, liat gue, liat gue, nah gitu lo cowo men, harus kuat".
Aku:
"Pa panaaas".
Teman 2:
"Iya, gue tau hati lo pasti panas, gue ngeliat lo begini juga jadi ikut panas".
Teman 1:
"UURGGHH CENGENG LO, GUE OBRAK ABRIK JUGA NIH MEJA!!".
Ibu pemilik rumah makan:
"aduh mas, maaf jangan mas jangan, saya minta maaf kalau tadi berkata kurang menyenangkan, maaf mas maaf".
Teman 1:
"kaga ada urusannya sama lo bu".
Teman 2:
"oke gini aja, kalo lo ngga bisa cerita sekarang its fine, sekarang lo tenang dan gue anterin lo pulang oke?!".
Aku:
"TOILEEETT?!".
Teman 2:
"oke gue izinin, gue mau lo cuci muka biar ngga malu pas keluar, oke?", "tapi lo janji jangan berbuat nekat, oke".
Aku:
"IYAAA, LEPASIN MONYET".

Sial kenapa aku bisa sial seperti ini, tumpahan sambal kurang ajar.
perih seperti terbakar rasanya mata ini. untung saja toiletnya tidak jauh.

Teman 2:
"gimana men, udah enakan?".
Aku:
"hmm".
Temen 1:
"ye ko lo ngeliatin gue nyolot, biasa doong".
Aku:
"Monyet".
Teman 1:
"ye masih untung ada gue yang badannya gede yang bisa megangin dan jagain lo, besok pasti lo bakal bilang maaf dan terima kasih karena udah ngebekep lo sekuat tenaga, liat aja pasti lo berterima kasih, setan".
Teman 2:
"udaaah jangan ribut, kita balik aja yuk sekarang", "ibu bill-nya tolong ya".

Huuu hampir saja, rencana membuat mereka terkecoh memang berhasil, tapi tidak ku sangka akan sampai kena sial yang separah ini.
Hmm, dan secara tidak sadar, aku harus mengakui saat kulihat photo itu ada setitik air mata yang memang mengalir untuknya, dan panas dalam karena cinta yang baru ini pun mereda secara tiba tiba.
Mungkin aku memang tidak terlalu terjangkit, atau mungkin aku memang masih belum bisa melupakan.
Tapi yang terlihat jelas, saat ini aku tidak benar benar mencintai siapapun, dan aku lega mengetahuinya.

Selasa, 02 November 2010

Aku dan Gambarku

Aku sedang senang dan aku yakin.
Aku akan segera menorehkan garis dan bentuk pada benda tipis berwarna putih hasil akhir olahan jantung dunia yang memberikan dzat untuk aku hirup sebagai mana kodrat ku agar tetap hidup.

Aku mulai membuat 1 bulatan besar yang disusul 2 bulatan kecil didalam bulatan besar itu.
Lalu aku membuat 2 segitiga sama sisi dengan ukuran yang berbeda, 1 ku buat didalam bulatan besar tadi 1 lagi diatas bulatan besar itu.
kemudian aku membuat 3 buah sabit seperti pisang, 1 ku letakkan di dalam bulatan besar sementara yang 2 lagi aku buat diluar bulatan itu dengan sejajar.

aaa hahahahahaha hahaha, lucunyaaaa, aku tersenyum-senyum oleh hasil dari bentuk bentuk ini.
hahahaha..

Baiklah akan kulanjutkan lagi.
Kubuat bentuk bentuk lain dibawah bulatan besar tadi mulai dari garis garis hingga bentuk lainnya.
hore selesai hahaha hahaha..
Ahh TIDAAK, kenapa terlihat seperti orang orangan sawah, padahal imajinasiku menggambarkan sosok sosok manusia yang sedang ceria bermain.

Hmm, mungkin harus ada garis garis tegas tekstur yang keras bentuk bentuk kaku dan bermacam pola lain yang perlu ditambahkan.

Baiklah akan kulanjutkan lagi.
kuhapus rubah bentuk tadi dengan garis garis tegas tekstur yang keras bentuk bentuk kaku dan bermacam pola lain.
hmm selesai.
Aaahhh TIDAK TIDAK TIDAK, mengapa menjadi seperti robot, dimana kesalahnya?!

Hmm, mungkin aku harus melihat gambar gambar yang dibuat orang lain sebagai bahan acuan agar gambarku sesuai dengan imajinasi dan niat ku.

Baiklah aku mulai melihat lihat.
Yang ini bagus, tapi hampir seperti pinokio.
Haaaa, yang ini luar biasa, tapi kenapa cemberut semua tokoh tokoh nya.
Aduh yang ini jelek sekali.
Hahahaha hahaha, yang ini lucu sekali, kepala kepala mereka lebih besar dari tubuhnya.

Tapi haduuuuuuh, jadi mana yang tepat, tidak ada yang sesuai dengan keinginanku dan apa yang aku cari.

Sudahlah, aku tidak perduli akan jadi apa.
Aku hanya ingin menggambar dengan senang hati, tidak perduli garis tekstur bentuk dan pola atau sebagainya.

Baiklah aku mulai menggambar lagi, tak perduli apa jadinya nanti, aku hanya ingin menggambar dengan senang hati.
Garis garis ku torehkan dengan apa adanya, berbagai bentuk terbuat dengan aliran yang tidak dibentuk dengan berbagai ke khawatiran ku akan berbedanya ukuran penekanan garis bentuk tekstur pola ataupun esensi.

Semua mengalir begitu saja hingga aku bagai terpaku di kursi ini. kini aku terlalu menyukai gambar ini meskipun jauh dari karya seorang maestro, karena gambar ini memiliki keindahan dan keunggulan tersendiri.

Aku yakin setiap orang yang melihat akan berfikir sama, meskipun banyak kekurangan tapi aku merasakan kebahagian, karena tokoh tokoh pada gambar inipun seolah berkata; "aku tersenyum tanpa garis garis tekstur pola dan bentuk senyuman oleh torehan torehan dari imajinasimu tetapi jenis kertas dan proses yang kau lakukan".

alasan, sebab dan keputusanku

Aspal dijalan akal dengan rambu rambu sebagai peringatan seringkali mengecoh, merubah apa yang terlihat menjadi yang terasa dan apa yang terasa menjadi yang terlihat.
Situasi ini hampir membuatku menggunakan rangkaian benang halus yang terjalin hingga berbentuk persegi dibawah kantung mata ku sendiri.

Aku menghindar dari matamu, bukan karena aku membencimu.
Aku takut, aku terlalu takut kau melihat dan membaca cerita dibalik mataku.

Aku berlari dari sosokmu, bukan karena aku marah.
Aku takut, aku terlalu takut kau mengetahui bahwa aku sedang berada disituasi yang tidak aku inginkan.

Aku berpaling dari wajahmu, bukan karena aku tidak ingin melihatmu.
Aku takut, aku terlalu takut kau menyadari bahwa kaulah penyebab semua ini.

Aku tetap berdiri disini, bukan karena aku tidak tahu harus kemana.
Tetapi karena aku ingin kau berfikir bahwa aku baik baik saja.
Aku tidak ingin kau berubah, aku ingin kau tetap tidak memikirkan ku.
Aku tidak ingin aku menjadi alasan akan sesuatu setelah kau mengetahui kau adalah penyebab.

Aku tetap akan menyimpan ini sendiri.

Senin, 01 November 2010

Baku hantam antar hati

Baku hantam antar hati.
Membuat pipi ini memerah dengan rona, membuat hati ini memerah dengan esensi mawar yang bersemi.
Rasa ini telah dicuri olehnya rasa baru yang menggantikan dia yang kukira segalanya.
Aku bahagia, sungguh.
Ini perasaan yang aku tunggu selama ini.

Baku hantam antar hati.
Membuatku selalu tersenyum meski diatas merananya perjalanan ini.
Perjalanan ini berliku liku dan berbatu, tapi aku sangat menikmatinya.
Ini adalah mata air yang aku tunggu ditengah dahagaku di padang pasir ini.
Aku bahagia, sungguh.
Ini perasaan yang aku cari selama ini.

Baku hantam antar hati.
Logika ini membuatku bergetar akan rasa takut dan bersalah.
Bagian terkecil dan terdalam hati ini berontak dan bertarung dengan bagian lain.
Keributan ini bergemuruh hingga ke kepalaku.
Mereka saling berteriak padaku.
Mereka saling merayuku.
Mereka saling menasehatiku.
Mereka saling meyakinkanku.

Baku hantam antar hati.
Senyumku terbata sekarang.
Kebahagianku perlahan menguap di udara karena panasnya gejolak dihati.
Rasa yang aku tinggalkan, menuntut untuk kembali di tempat dia seharusnya berada melalui rasa bersalah dan etika.

Baku hantam antar hati.
Siapa yang harus aku unggulkan?.
Mereka sama kuat meski dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda.

Raja dan Kejayaannya

Aku marah, aku kecewa, aku sedih.
Latar belakang menjadi fiksi, dan khayalan menjadi realitas.

Kebodohan terulang lagi
Mengapa harus berucap, kata yang tidak ingin aku ucapkan.
Mengapa aku menjadi sosok yang aku hindari, sosok yang membuatku berlari saat dia datang.
Mengapa aku kembali ke masa kejayaannya itu.
Mengapa aku membiarkan diriku memiliki kejayaanya itu.

Maaf, aku melibatkanmu di kerajaan ini.
Maaf, aku melupakan apa yang seharusnya aku berikan.
Maaf.

Aku tidak akan berhenti disini, aku akan berjuang sekuatnya untuk merubah semua ini.
Ku harap engkau tetap tenang, semua akan berjalan seperti seharusnya.
Aku akan melawan waktu, aku akan melawan sosok itu, meskipun dunia akan menghancurkan aku setelah melawannya.

Aku akan selalu menjagamu.
Aku akan selalu ada disampingmu.
Aku akan selalu menjadi keinginanmu.

Maaf aku hampir melupakan kodrat takdir dan kewajibanku atas keberadaanmu.
Maaf aku telah membodohi diriku.
Tapi semua ini harus tak terulang lagi!.

Aku ingin teriak ditelingaku sendiri, dengan kata penuh caci maki dan hinaan.
Tapi aku harus tetap tenang, untuk menghancurkan kejayaan raja di kerajaan ini.
Pegang kata kata ku erat erat; "aku akan menghancurkan kejayaannya, akan aku rubah kerajaannya menjadi kerajaanku agar kau dapat bernafas tersenyum bermain di kerajaan yang seharusnya".

Minggu, 31 Oktober 2010

Hak seorang hamba

Setelah abu menutup sinar mentari mewarnai birunya langit menjadi kelabu, setelah sang bara api mengikis suhu dzat kasat mata sesuai sifatnya, setelah yang hidup menjadi mati, setelah keberadaan menjadi ketiadaan.
Terdapat kenyataan Maha Besar akan keberadaan Dzat sang Penguasa yang Maha Berkehendak.

Ampun Tuhan, Maaf atas segala kecurangan kami akan KebesaranMu.
Ampun Tuhan, Maaf atas segala Kekhilafan kami akan KuasaMu.
Ampun Tuhan, Maaf atas segala keterbatasan Iman ku.

Terima kasih Tuhan, aku masih engkau ingatkan melalui kehendakMu.
Aku memaparkan buku buku jariku menghadap langit, seraya kewajiban dan hak yang menjadi kodratku sebagai hamba;
"Tuhan, tempatkan lah mereka disisi yang terbaik, Ampuni mereka jika engkau memang murka dan berikan segala nikmatMu jika engkau menyayangi mereka".

Tuhan, bila aku menjadi salah satu hambaMu yang seringkali membuatMu murka, seringkali dan selalu membuat Mu marah dan kecewa atas penyalahgunaan fungsi otak hati dan organ organ ku, aku mohon maaf dan ampun wahai Dzat Yang Maha Besar.

Jika Engkau berkehendak untuk mengingatkanku.
Jika Engkau berkehendak untuk menegurku.
Jika Engkau berkehendak untuk menghukum ku.
Jika Engkau berkehendak untuk menjadikan aku contoh.
Aku menerimanya ya Tuhanku.

Jika aku Engkau kehendaki merasakan siksa.
Jika aku Engkau kehendaki merasakan hina.
Jika aku Engkau kehendaki berada di Neraka terdalam.
Aku menerimanya dengan ketulusan cinta dan sembahku atas KebesaranMu.

Tuhan,
Engkau adalah Dzat yang Maha Berkehendak.
Engkau adalah Dzat yang Maha Mengetahui.
Engkau adalah Dzat yang Maha Pengampun.
Engkau adalah Dzat yang Maha Pengasih.
Engkau adalah Dzat yang Maha Penyayang.

Tuhanku,
Aku menerima apapun yang menjadi kehendakMu, Engkau adalah Hakim dalam persidangan ini.
Hamba yang ada dihadapMu ini tidak memiliki satupun pembelaan.
tapi aku memiliki satu hal yang sudah Engkau sah kan sebagai hak seorang hamba di hadapanMu, yaitu; Doa.

Maka aku melakukan apa yang menjadi hak ku sebagai hambaMu dengan kembali mengangkat buku buku jari ku dan menundukan hati yang angkuh dan hina ini, aku berdoa;
"Wahai Tuhan Yang Maha Berkehendak, aku menerima segala apa yang menjadi kehendakMu".
"Wahai Tuhan Yang Maha Mengetahui, Engkau lebih Mengetahui setakut apa aku akan siksaMu akan teguranMu akan hinaanMu akan nerakaMu".
"Wahai Tuhan Yang Maha Pengampun, ampunilah hambaMu ini, maaf kan segala kesalahanku".
"Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih, aku meyakini besarnya kasihMu pada setiap hambaMu".
"Wahai Tuhan Yang Maha Penyayang, disaat Engkau menegurku, disaat engkau menghukumku, disaat itulah aku mengetahui akan besarnya kasih sayang Mu pada setiap hambaMu".
"Wahai Tuhan Yang Maha Berkehendak, aku memohon ingatkanlah aku dengan wujud keindahan, Ingatkanlah aku dengan wujud kebahagian tegurlah aku dengan wujud kebaikan, aku terlalu takut atas kuasa siksa hina dan neraka yang Engkau miliki".
"Wahai Tuhanku, terima kasih atas hak yang telah Engkau berikan kepada setiap makhlukMu, karena hak ini adalah jalan keluar dari segala yang aku risaukan aku khawatirkan aku takutkan dan aku inginkan".
Amin, Amin dan Amin.

Aku tersenyum, aku tenang, aku hidup.

Cinta dua sisi

Terpapar tergambar terlukis dan tertulis banyak cerita, kisah cinta pada dua hati.
Dimana ego rasa dan kata bergulat dan berjatuhan, mayat mayat akan puisi dan romantisme berserakan bagai daun dengan tanda tanya sebagai ruas.

Hampir tak terjamah oleh kiasan dan tulisan, kisah cinta pada dua sisi.
Dimana semua terlihat serupa, bukan hati yang memegang kendali.
dua sisi kepribadian,
dua sisi keyakinan,
dua sisi logika,
dua sisi peran,

Aku tahu dimana aku berada, sedangkan kau, apa kau tahu dimana dirimu berada pada kisah cinta yang tak terjamah oleh puisi dan romantisme ini?
Apa kau tahu bentuk ini?

Tidak perlu memperjelas bahwa ruang ini terkotak oleh banyak pemikiran etika dan budaya, aku tidak buta.
aku selalu melihat kearah bulan dengan alasan alasan yang selalu tertulis dan terucap klise dari para pujangga hingga strata biasa, tapi aku ingin melihat lebih dekat, aku ingin bulan jujur akan dirinya yang sebenarnya dihadapanku, aku ingin bulan jujur akan arti keberadaan ku baginya.
karena cinta dua sisi ini, selalu menyulitkan aku dengan mencuri lembaran lembaran udara dari dadaku.

Kenal atau Mengenali

Disebuah surau di kaki bukit tempat gejolak tawa air mata dan cerita,
sosok sosok bukan logika
wajah wajah bukan rasa
gerakan gerakan mencerminkan hati.

berpasang-pasang mata saling dihadapkan,
dengan tegas menatap, dengan lirikan, dengan bersembunyi hingga menghindar.

lalu apa yang terlihat?
apa yang kau lihat atas sosok wajah dan gerakan ku?
apa mungkin kesalahan besar saat aku menjadi sosok wajah dan bergerak dengan hati.

sudah saatnya menerima anugrah-anugrah yang diberikan Sang Pencipta,
ayo berbicara, mari tunjukan wajah yang sesungguhnya dan bergerak dengan yang seharusnya kau rasakan.
Aku tetaplah aku, jangan bersembunyi menghindar dan berlari.
Jangan buat aku bertanya kepada diriku sendiri "apakah kau mengenalku, bukan sekedar mengenali", karena hal yang tidak seharusnya.

Di masa, aku harus memilih akan pembatasan ruang dan waktu, di masa itu aku mengorbankan kepercayaan, pemikiran dan hati karena meng-inginkan hal yang naif, apa salah jika seorang manusia memiliki rasa dan pemikiran yang naif?

Apa kau mengenalku? salahkan rasa dan pemikiran naif ku? atau kau hanya mengenaliku?

Aku kejam sadis jahat tak punya perasaan, bagaimana dengan kau?

Kau marah sedih kesal atau kecewa? bagaimana dengan aku?

Dengan nada lirih aku bertanya, "apa kau mengenal ku?".

Sabtu, 30 Oktober 2010

Seutas senyuman

ini terasa membingungkan,
keringat yang mengalir deras untuk terciptanya sebuah senyuman meski hanya seutas,
ternyata telah tersapu oleh sebuah pemikiran yang singkat hingga menciptakan tanda tanya, tanda seru dan kalimat tak langsung yang ber-ekspresi.

Setelah kerasnya upaya, setelah diperasnya daya.
sekecil itu aku dan mereka di kediaman-kediaman kalian, kediaman dimana rasa berorientasi dan kediaman dimana kalkulasi berlalu lintas.
hahaha haha dan hahaha hahaha hahaha haha, aku hanya bisa tertawa heran.
Karena di
kediaman yang aku dan mereka miliki, terdapat tugu-tugu besar kalian dengan pahatan seni yang tak ternilai meskipun kalian selalu menundukan kepala untuk aku dan mereka.

Kecewa kah aku?
Tidak!.
Marah kah aku?
Tidak!.
Sedih kah aku?
Juga tidak!, aku hanya bingung dan aku ingin bertanya; Apakah salah saat aku dan mereka mencoba membuat kalian tersenyum, membuat kalian bahagia, membuat kalian bangga dengan berada disana untuk kalian?. Aku dan mereka tidak sedang bermain "si kaya dan si miskin" disana, tidak sedang bermain "mencari dan bersembunyi", tidak sedang bermain "Hom Pim Paa", tidak ada satupun permainan yang aku dan mereka mainkan.

Aku dan mereka hanya ingin melihat dan membuat seutas senyuman.
Dan hingga saat setiap baris dari kata serta kalimat ini aku tuangkan, aku tersenyum dengan tetap melihat lukisan indah senyum bahagia dan bangga kalian dikediaman yang telah dianugrahkan oleh Sang Pencipta dimana lukisan indah itu memiliki bingkai di dua tempat yaitu didalam rongga dada dan didalam kepala.

Sabtu, 09 Oktober 2010

Bila Cinta Bicara

Tidak akan pernah lelah diri ini menunggumu hingga ujung usia ku.
Tidak akan pernah lelah diri ini berharap datangnya hari kau akan ada disisiku untuk seterusnya.

Meskipun kau tiada mengetahui bahwa hanya dirimu yang ku inginkan disini.
Meskipun kau tak akan pernah mengerti betapa besarnya cinta di dalam dada ini.

Bila Cinta Telah Bicara,
tak akan ada satu manusia pun yang mampu berbicara atau mencoba berlari untuk menghindarinya.

wahai kau yang ku Cintai, Biarkanlah aku tetap bermimpi dan berharap akan datangnya hari dimana aku akan memiliki cinta mu.

Maka, Dengarlah janji yang terucap dan tertulis antara hati dan Cinta.

Minggu, 26 September 2010

Kalian menjadi Kami

Bintang bersembunyi, bulan meminta sang awan berbaris didepannya agar tidak sedikitpun sinarnya menerangi malam, bahkan matahari meminta hujan dan kabut untuk melakukan hal yang sama seperti awan agar hangat dan cahaya tiada pernah menyentuh bumi.
hebatnya mereka, disaat mereka tau mereka adalah sosok, mereka adalah pujian, mereka ada harapan, mereka adalah keinginan, mereka adalah puisi, mereka adalah hal yang melengkapi setiap ruang sudut dan sisi, mereka lakukan hal tersebut.

Bukankah kalian pernah berkata;
"Aku sang bintang, aku akan selalu menemani kalian, meski hanya malam hari kalian dapat bertatap muka dengan ku",
"Aku sang bulan, aku akan selalu menerangi malam mu agar engkau tidak tersesat digelapnya malam",
"Aku sang matahari, aku akan memberikan kehangatan dan cahaya setelah malam dingin yang gelap menghampiri kalian".

hahahahaha lucu, sangat lucu...
kalian yang selalu mempertanyakan dimana kami saat pagi dan malam, kalian yang selalu mempertanyakan dimana kami saat kalian datang, kalian yang selalu mempertanyakan apa kemampuan kami tanpa kalian, tiba-tiba kalian menjadi kami yang kalian selalu pertanyakan.
kali ini kami mempertanyakan;
"dimana kalian saat kami masih akan menuju kebahagian?!",
"dimana kalian saat kami masih akan menuju bangkit?!",
"dimana kalian saat kami masih akan terbangun?!",.

Selasa, 29 Juni 2010

Pagi ini

Berhembusnya sang angin terasa bagai belaian lembut yang menyegarkan pagi ini,
seolah dia berkata "hai, ayo berdiri, saatnya mulai mengejar mimpi", tetapi..

Sang mentari pagi datang membawa senyum kehangatan dan mencerahkan pandangan pagi ini,
seolah dia berkata "tunggu apa lagi, ayo gegas berlari jalanmu telah jelas terlihat", tetapi..

Kicau para burung terdengar ramai bagai paduan suara indah yang menenangkan jiwa,
seolah mereka berkata "kamu pasti bisa, kamu pasti mampu", tetapi..

tetapi..

maaf wahai angin..
maaf wahai mentari..
maaf wahai burung-burung..

mata ini tiada sanggup lagi, selamat tidur.

Senin, 07 Juni 2010

maaf matahari pagi.

kepada sang matahari pagi,

matahari pagi, disuatu masa aku adalah pusat kebahagian mu, dimana kau melihat aku memiliki kehidupan dengan cahaya yang kau berikan.

matahari pagi, disuatu masa kau selalu tersenyum indah, sehingga membuatku bahagia seolah akulah yang membuat mu tersenyum indah.

matahari pagi, disuatu masa kau selalu menghangatkan ku, engkau selalu menerangi jalan ku, engkau selalu membuat ku tak sabar menunggu waktu untuk berjumpa dengan mu.

matahari pagi, disuatu masa gunung merapi melontarkan debu dan asap hingga kau tiada dapat melihat ku, hingga kau tiada mengenali ku.

matahari pagi, disuatu masa sang kabut gelap menghampiri hingga kau lelah untuk mencari ku, hingga kau pergi tanpa bisa kutemui bahkan melihat mu dari kejauhan.

matahari pagi, disuatu masa aku dibenci.

matahari pagi, disuatu masa aku membenci.

matahari pagi, disuatu masa aku dicintai.

matahari pagi, disuatu masa aku mencintai.

matahari pagi, disuatu masa engkau tetap penerang, meski hanya sebuah pelita.

matahari pagi, disuatu masa sang angin yang berbalut cerita datang dan seolah meniup pelita yang menjadi sosok diri mu bagi ku.

matahari pagi, disuatu masa aku harus berlari menghindar kedalam gua disaat kau terlihat akan terbit karena aku seolah terbakar oleh terik mu.

matahari pagi, disuatu masa kau tiada bisa kulihat tiada mungkin ku temui tiada pernah menghangatkan ku lagi, tetapi kau selalu didekat ku, ya kau selalu didekat ku karena kau selalu dihati dan pikiran ku.

maaf matahari pagi, disuatu masa aku bukan lah aku.

maaf matahari pagi, disuatu masa aku menjadi dia.

maaf matahari pagi, disuatu masa aku tidak mengenal mu.

maaf matahari pagi, disuatu masa aku telah menyerah.

Minggu, 06 Juni 2010

Batas

entah suatu ketenangan yang terbuat dengan sengaja atau memang ketenangan yang tercipta dari apa yang diketahui atas sebuah perasaan dan situasi.

bukan situasi yang melegakan atau bahkan bukan situasi yang membahagiakan, situasi ini yang entah apa namanya, situasi dimana ternyata cinta telah menghilang diketahui. seakan tiada daya karena untuk berfikir mencoba mengejar kembalipun telah lelah sebelum mencoba, terlalu takut akan sikap dan sifat, terlalu pengecut akan sekitar.

wahai sang pencipta jika aku memang hambamu, jika engkau memang Dzat yang menciptakan ku, jika engkau memang mendengar dan mengetahui. berikanlah jalan untuk dapat menghanyutkan apa yang menjadi keresahan dihati ini, aku tahu tentang batasan, sering terdengar "engkau memberikan apa yang dibutuhkan tidak selalu yang diinginkan". bila menurut Mu sekedar helaian keinginan ku, bila menurut Mu bukan yang aku butuhkan, bila menurut hanya nafsu bukan cinta, maka ciptakanlah wahai Yang maha mencipta, ciptakanlah sebagai apa yang aku butuhkan, aku inginkan dan bukan nafsu.

aku mengerti batas wahai Pencipta, hanya ada satu cinta yaitu Engkau tapi bagaimana aku mencintai Mu bila aku kehilangan apa yang menurutku cinta.
Bantu diriku untuk mencintai diriMu.
Tunjukan padaku cara mengenalmu,
dengan cinta bukan rasa takut,
dengan kasih sayang bukan rasa kasihan,
dengan manis bukan pahit,
dengan indah bukan buruk,
dengan kebahagian bukan kesengsaraan,
dengan kenikmatan bukan rasa sakit,
dengan penerangan bukan kegelapan.

aku mengerti batas wahai Pencipta, aku yang selalu memohon dan Engkau yang selalu memberi.

aku mengerti batas wahai Pencipta. saat ini aku belum mengenal diriku, maka saat ini aku belum mengenalMu.
pengakuan ku atas dirimu, sebatas rasa takut bukan Cinta.

saat ini aku bertanya seharusnya apa yang dimiliki setiap ciptaan Mu terhadap Mu, Cinta atau Rasa takut?

saat ini aku bertanya, Cinta terhadap Engkau atau rasa Takut terhadap Engkau yang Engkau inginkan dari setiap ciptaanMu wahai Pencipta?

aku mengerti batas wahai Pencipta,
aku bukan hakim hanya pencari dan pengemis saat menghadap Mu
aku bukan jaksa penuntut hanya pencari dan pengemis saat menghadap Mu
aku tidak tahu asal ku, siapa aku, apa peranku, lalu bagaimana aku mengenalmu?

aku memang tidak tahu batas wahai Pencipta.