Sabtu, 11 Desember 2010

Ironi kata "Maaf".

Maaf rumah makan ini bukan kelas elit, tapi entah kenapa kerah biru sampai coklat datang silih berganti.
Maaf rumah makan ini tidak nyaman, tapi entah kenapa pengunjung selalu ramai setiap hari.
Maaf saya memang tidak tahu cara memasak, tapi entah kenapa masakan saya jadi bulan bulanan penghargaan.
Maaf bahan dan bumbu yang saya gunakan seadanya, tapi entah kenapa rasa makanan yang saya buat selalu mendapat pujian.
Maaf saya tidak bisa berdagang, tapi entah kenapa rumah makan saya berkembang pesat dan maju.
Maaf saya tidak bisa melayani dengan baik, tapi entah kenapa pengunjung selalu datang kembali.
Maaf saya tidak pandai menyampaikan kata, tapi entah kenapa anda bisa mengerti.
Maaf tulisan ini membosankan dan tidak penting, tapi entah kenapa anda mau melanjutkan membaca.
Maaf kalau menurut anda saya orang bodoh, tapi entah kenapa anda mau saya bodohi.
Maaf kalau menurut anda saya tidak ber-etika, tapi entah kenapa saya ragu anda memiliki etika setelah membaca tulisan ini.
Maaf kalau menurut anda tidak berkomentar tentang tulisan ini akhirnya menjadi jalan terbaik untuk anda agar tetap terhormat dan pintar, tapi entah kenapa hal itu menjadi sama dengan kepengecutan yang anda simpan dan pembodohan diri sendiri, karena anda tahu dan anda membacanya sampai habis.