Kamis, 25 November 2010

Kunang kunang

Jangan menangis,
Jangan bersedih,
Tetaplah tersenyum.

Kuat kan diri,
Tabah kan hati,
Tetaplah melangkah kedepan.

Semua akan baik baik saja.
Semua akan seperti yang diimpikan.

Kunang kunang, kunang kunang temani dirinya saat aku tak bersamanya.
Kunang kunang, kunang kunang tenangkan dirinya saat aku tak disisinya.
Kunang kunang, kunang kunang hibur dirinya saat aku tak disampingnya.
Kunang kunang, kunang kunang jaga dirinya seperti aku menjaganya.

Kepercayaan dan pengertian.
Dengan hati bukan mata atau kepala dengan tanda tanya.

Suatu hari saat senyuman yang tersisip koma terukir nyata diakhir penantian,
Kunang kunang akan berterbangan pergi ke segala penjuru,
Dengan membawa sebuah cerita nyata tentang rasa yang disampaikan lewat kata.

Selasa, 23 November 2010

Untukmu

Lelah hati ini untuk bersedih.
Hingga kata kata indah tiada pernah lagi terucap.
Sementara kau tiada memahami, hati dan cinta ini.

Aku tahu, aku tidak akan bisa menjadi seperti yang kau inginkan.
Tapi aku terus mencoba untuk selalu ada disisimu.

Pernahkah kau sadari.
Besarnya cinta ini tiada berbatas lagi.
Seandainya kau tahu pengorbanan diri ini untuk dirimu.

Aku tahu, aku tidak akan mampu memberikan apa yang kau butuhkan.
Tapi aku selalu mencoba untuk memberikan apa yang kau inginkan.

Meski tiada mungkin, tiada pernah kau pahami bahwa kaulah alasanku selalu menunggu datangnya pagi.
Meski tiada bisa, tiada mampu kau mengerti disini aku selalu menunggumu datang untuk menemani hingga malam berganti.

Senin, 22 November 2010

Bias nyata sebuah cinta

Aku bersembunyi dari keramaian disebuah lorong disamping toko "Harapan".
Aku menyandarkan punggung pada dinding lorong.
Melempar angan jauh kedepan.
Menatap langit.
Memejamkan mata.
Menarik nafas panjang.
Tersenyum kecil dengan pasrah.
Kuhembuskan nafas perlahan.
Menundukkan kepala.
Membuka mata.

Aku berkata didalam hati dengan tersenyum;
"Aku akan selalu berdo'a dan bersyukur untuk tidak membenci siapapun".

Aku melihat kearah keramaian di ujung lorong.
Disana terdapat banyak tawa; tawa ceria, tawa bingung, tawa hampa, tawa yang terbata, tawa paksa, tawa satir, tawa mangkir dan tawa berantai.
Tawa itu ada dimataku, mungkinkah terlihat sama dimata mereka.

Aku membalikkan badanku.
Memijakkan langkah pertama untuk kembali kearah keramaian itu.
Satu dua tiga langkah dan aku terhenti.
Mengangkat kepala dari sudut menunduk.
Meluruskan pandangan.
Memalingkan kepala kesamping.
Dia, berada tepat disampingku.
Melihat lurus kedepan dengan mata berseri penuh impian. Tersenyum seolah berkata;
"Aku akan menemanimu. Kau tidak akan sendiri lagi dimanapun".
"Percaya padaku, semua akan terlewati dengan baik, meskipun aral melintang".
"Aku ingin kau menungguku, hingga aku benar benar siap untuk berada disampingmu".

Dia, menghilang.
Aku tersenyum lebih besar sekarang.
Memalingkan wajah kedepan, kearah keramaian.
Aku bersiap untuk berlari kesana, dengan berkata dalam hati;
"Aku akan menunggumu, selalu dan tak akan pernah letih. Aku tidak akan membenci ataupun marah dan kecewa seandainya kau tidak akan benar benar datang. Karena aku berjalan dan berlari dengan berfikir akhir yang baik atau buruk hanyalah persepsi".
"Adanya dirimu dan semua adalah anugrah yang indah".
"Terima kasih, untuk kisah ini dengan apapun akhir cerita yang belum tertulis".
"Aku menunggumu dan berharap kau tetap tersenyum disana".

Jumat, 19 November 2010

Dunia menjadi Fatamorgana

Sebuah dunia antara nyata dan mimpi.
Aku terdiam merenungin, meyakinkan.
Tenggelam dan mulai tenggelam.

Waktu berlalu, semakin tenggelam dan terbuai oleh senadung maya Aphrodite dari kejauhan.
Detik menjelma menjadi hari.
Deru angin terasa bagai diciptakan untuk menyejukan dengan tautan nafas yang perlahan.
Ombak menyapu perlahan membiaskan nyata.
Rindang pepohonan begoyang lembut hempaskan kesadaran.
Sinar mentari menyentuh halus menegaskan kehangatan.
Dunia menjadi Fatamorgana.

Ku jejakkan kaki yang sama seperti yang dijejakkan adam untuk hawa.
Beralih berjalan meninggalkan kesunyian.
Kurasakan perbedaan antara mimpi dan nyata.
Aku tidak sedang tertidur, tapi ini terasa bagai dunia lain.

Hingga,
Setiap sudut hati berkata ini; Cinta.

Kamis, 18 November 2010

Dia yang senang ditunggu

Semoga ini benar.
Semoga ini tepat.
Semoga ini sesuai.
Semoga ini akan seindah harapannya.

Dia yang senang ditunggu.
Dia yang tersenyum lewat kata berimbuhan rasa.
Dia yang mengintip lewat hati.

Dia yang mengatakan akan menghilang saat 9.
Dia yang mengatakan kata kata menghindar.
Dia yang sepertinya khawatir akan masa lalu.
Dia yang menguji lewat tanda.

Dia pasti ku temukan meski ribuan bunga berusaha menyamarkan pengelihatanku.
Dia pasti akan kucari meski malam gelap menyamarkan keindahannya.

Karena dia pilihanku, dan mungkin yang dipilihkan.
Karena dia ada disebuah tempat bernama "Hati".

Aku tetap menunggu untuk Dia yang senang ditunggu.

Retorika skeptis berdefinisi nonpredikatif

Retorika skeptis berdefinisi nonpredikatif.
Dan mereka tidak tahu siapa yang dihadapi, mereka terpukau.
Rancangan yang sebenarnya mereka rancang, kini menuai hasil di tangan pihak ke-tiga.

Dogma dengan tarikan dan uluran layang layang.
Pragmatisme yang luar biasa lewat lelucon.
Dekrit menjadi sabda lewat simbol simbol.

Ideologi kambing kompeni, mati tertindas hukum alam.
Hitler melawan Mahatma ghandi, ini titik teraneh.

Buka mata! lebarkan pandangan!
Lebih teliti mendengar! pakai telinga!
Berfikir itu dengan otak, bukan dengan hati!

Fikiran berlandaskan hati atau hati berlandaskan fikiran.
Atau,
Fikiran untuk hati atau hati untuk fikiran.

Senin, 15 November 2010

Sebuah tanda mata indah dari hari ini

Rasa yang terukir miris melewati Dia yang berjalan dan tiba tiba lunglai menuju tempat yang menjadi titik pemberhentianku.

Dia,
Seolah tidak perduli akan apa yang dikejarnya untuk hari ini.
Seolah tidak perduli akan cucuran keringatnya karena panas matahari.
Seolah tidak perduli akan jarak yang telah ditempuhnya.
Seolah tidak perduli akan beban dibahunya.
Dia,
Menuturkan kemuliaan, kata katanya indah mengiris hati.
Tubuhnya yang mengisyaratkan seolah berkata;
"Sudah cukup untuk hari ini. Aku telah berjuang sepenuh hati dan jiwa. Ini semua ku persembahkan atas nama sang pencipta, diambang batasku".

Aku,
Kesadaran rata dengan tanah.
Tubuh bergetar bagaikan petir menyambar.
Keringat dingin mengalir deras dalam kecepatan cahaya.
Mata terasa berkaca kaca, dan airmata mengalir dengan arus deras ditempat yang tidak terpeta-kan dunia autopsi .

Sebuah tanda mata indah dari hari ini.
Kecerdasan adalah saat tidak ada yang lebih penting dari apa yang seharusnya.
Kebaikan adalah saat pandangan bukan dari apa yang terlihat tetapi terasa.
Keikhlasan adalah saat tidak menimbang dan membandingkan tetapi mempercayakan.
Kecintaan adalah saat mengerti bukan sekedar memberikan segalanya.

Kamis, 11 November 2010

Mayat mayat tersenyum

Bertebaran mayat mayat dengan senyum disuatu kota.
Membusuk ditepian jalan, hanya ditutupi koran mingguan bekas dengan tulisan samar.

Bau busuk itu sungguh menggangu, sungguh sungguh menggangu. bahkan bau busuk itu tercium hingga kekota lain, sampai sampai mereka berani mendekati mayat mayat untuk membaca lewat koran mingguan bekas itu demi keingin-tahuan, entah itu untuk pembelajaran agar mereka terhindar dari kejadian ini atau hanya untuk lebih membusukan mayat mayat.

Aku duduk bertumpu pada telapak kaki melipat kedua lutut memeluknya dengan erat dan menciumnya seraya melihat mayat mayat yang tergeletak disekelilingku hingga batas terjauh mata memandang.

Didalam kepalaku berputar dan hilir mudik kata kata berakhiran tanda tanya;
apa yang membuat mereka menjadi mayat?,
apa yang membuat mereka semua tersenyum?.

Didalam kepalaku berputar dan hilir mudik kata kata berakhiran tanda seru;
kalau penyebabnya adalah setan, mereka pasti ....!
kalau penyebabnya adalah wabah mereka pasti ....!
kalau penyebabnya adalah bencana alam mereka pasti....!
kalau penyebabnya adalah kelaparan mereka pasti ....!
kalau penyebabnya adalah perang mereka pasti ....!.

Aku tidak mampu berlari bahkan menggerakkan sedikit saja sendi sendi.
Putaran putaran dan hilir mudik yang berlalu lalang ricuh, memaku mulai dari ujung jari hingga ubun ubun.
Aku menunggu, aku menanti, sampai kulihat sosok dengan masker berdiri menatapku dari kejauhan. Harapan itu masih ada, Ku angkat kepalaku dan tersenyum berharap dia tahu bahwa aku masih bernafas, aku masih hidup. Meskipun lidah dan bibir hingga seluruh tubuhku telah kaku oleh dinginnya kutub kutub.

Seharusnya, dia tidak perlu datang.

Agar aku tidak tersenyum akan sebuah harapan dan angan angan yang membumbung jauh ke langit.

Agar aku tetap mati beku dan kaku oleh dinginnya kutub kutub dalam keadaan menundukan kepala dan memeluk lutut.

Agar aku bisa menjadi prasasti akan kengerian yang berakhir maut oleh kebisuan dan ketidak pedulian atas hidup dan pemikiran dikota ini.

Dan helaan nafas terakhir, ku hembuskan dengan senyum.

Selasa, 09 November 2010

Strategi tanpa hati

Strategi tanpa hati!.
Strategi tanpa hati!.
Strategi tanpa hati!.

Kalau memang aku, mengapa mereka yang dirobek.
Kalau memang aku, mengapa mereka yang dijadikan pion pion.

Mereka bisa hilang arah karena buta akan medan.
Mereka bisa terbunuh akibat perang ini.
Seandainya mereka digiring ke medan ini, mereka akan melihat pembantaian sedarah.
Seandainya mereka selamat setelah perang ini, mereka telah menjadi pembunuh.

Strategi tanpa hati!.
Strategi tanpa hati!.
Strategi tanpa hati!.

Kalau memang aku, mengapa mereka yang harus jadi korban.
Kalau memang aku, mengapa mereka yang dijadikan pion pion.

Ini sudah bukan permainan diatas kertas.
Ini sudah bukan permainan diatas kayu hitam putih.

Pemilik strategi tanpa hati, aku memilih mundur dari perang ini.
Pemilik strategi tanpa hati, aku memilih mundur dari pembantaian ini.
Pemilik strategi tanpa hati, aku memilih mereka tidak melihat ku membantai atau dibantai.
Pemilik strategi tanpa hati, aku memilih hidup mereka jauh diatas kerajaan yang terdaulat sepihak didalam kepalamu aku milikinya.

Senin, 08 November 2010

Guruku dan airmataku

Aku menghadap Guruku.
"Aku bersumpah atas Kesucian guruku, aku tidak akan memakai pemikiranku didalam dunia miliknya".
"Aku bersumpah atas Pengabdian guruku, aku tidak akan menyebutkan namanya sebagai orang yang aku teladani didalam dunia miliknya".
"Aku bersumpah atas Keagungan guruku, aku tidak akan melanggar kata kata yang bersematkan sumpah dihadapannya".
"Aku bersumpah atas Kecintaan terhadap guruku, aku akan pergi dari kerajaannya".

Guruku Menemukan Ku.
"Aku atas nama Kesucian muridku, aku melerai dan membumi hanguskan ucapan yang kau ikatkan didunia milikku".
"Aku atas Pengabdian muridku, aku melerai dan membumi hanguskan ucapan yang kau ikatkan padaku sebagai teladanmu didalam dunia milikku".
"Aku atas Keagungan muridku, aku melerai dan membumi hanguskan kata kata yang disematkan sumpah yang telah kau ucapkan dihadapanku".
"Aku atas Kecintaan terhadap muridku, aku berikan mahkota milikku jika engkau bersedia menerima".

"Aku atas Kasih sayang akan muridku, keangkuhanku tidak boleh kau jadikan milikmu".
"Aku atas Kerinduan akan muridku, senyummu adalah senyumku bahagiamu adalah kebahagianku".

Aku memeluk Guruku.
Aku tersenyum untuk guruku.
Aku berbahagia dia Guruku.
Aku mengusap airmataku.

Rabu, 03 November 2010

Obat Pereda Panas Dalam Cinta

Apa yang harus aku lakukan. aku harus keras berfikir.
aku harus mencari obat pereda panas dalam yang disebabkan oleh cinta ini.

Apa yaa? apa?
aku harus segera pergi ke tabib, ya harus.

Aaarrggh menyebalkan, aku bertanya baik baik, tabib botak itu se-enaknya berkata;
"Yee lu olang ngeledek owe, owe kasih tapak naga, iS DEAD lu..!".
haduuuuh dasar botak.

Kemana ya? ayoo berfikir berfikiiiirr.. Ahh, harusnya ke dokter cinta, yaa dokter cinta!.

Ihhh menjijikan, orang minta bantuan, si dokter se-enaknya menawarkan;
"Jangan liat casingnya, biar begini bisa bikin merem melek loh".
Ihhh Najiiiiis, tidak malu apa pada keriputnya sendiri?!, ihhhhh..

Haduuuh harus bagaimana lagi ya, tidak mungkin berdiam diri saat bertemu mereka.
Jam sudah menujukan pukul 5, dan aku harus bergegas ke rumah makan itu.
tapi kalau aku bicara mereka pasti tahu lewat bau mulutku.
Haduuuh hadeeeeh hadoooohh..
sudahlah aku harus bergegas.

Aku:
"Bu, Teh manis hangat satu ya".
Untung mereka belum datang jadi aku tidak perlu berbicara memberi salam,
Tapi aku tidak mungkin tidak berbicara sama sekali pada mereka nanti.
Aku sungguh bingung, toples acar sudah aku aduk aduk, sambal pun tidak lolos dari siksaan sampai tertumpah ditanganku.

Ibu pemilik rumah makan:
"ini mas tehnya".
Aku:
"terimakasih bu".
Ibu pemilik rumah makan:
"kalau tidak dimakan, tolong jangan dibuat mainan ya mas".
Aku:
"Haduh, iya bu maaf maaf".

Haduuuh bagaimana ini, seandainya saja ada obat pereda panas dalam karena cinta ini.
Haduuuh, kenapa aku sampai jatuh cinta lagi sih, bodoh.

"AHAAAAA..Yessssss" aku dapat ide.

pengunjung 1:
"berisiiik".
Pengunjung 2:
"heh, jangan bikin kaget dong kalau saya tersedak, kamu mau belikan minum?!".
Ibu pemilik rumah makan:
"mas, kalau sekali lagi mas buat masalah, anda saya persilahkan keluar".
Aku:
"Aduh maaf maaf, tidak sengaja maaf maaf".
Haduuuh galak sekali si Ibu pemilik rumah makan ini, cuma hal kecil saja aku ingin diusir.

Aku harus melaksanakan ide brilian tadi, selagi mereka belum datang hahaha..
Ini dia photo itu, aku tatap photo itu tanpa mengedipkan mata sedikitpun.
"aduuh, periiih".
tidak boleh menyerah aku harus coba lagi, tidak boleh mengedipkan mata. haduh mereka sudah terlihat datang dari kejauhan.
aku harus berhasil menahan mataku agar tidak berkedip!.

Teman 1:
"woy bro apa kaabaaar looooo", "lo kenapa bro?".
Teman 2:
"Are you okay?", "jangan nangis disini dong, malu men cowo nangis didepan umum".
Teman 1:
"ayolah bro, jangan buat kita di anggap homo", "please
bro".
Teman 2:
"ooh ini penyebabnya, jadi photo ini bikin lo inget lagi ya, udah lah meen, banyak ko cewe yang mau sama lo".
Teman 1:
"iya broo, gue taro lagi didalam dompet lo ya", "udah bro jangan kaya gini dong".
Teman 2:
"iya men tahan men tahan, ayoo dong, ini ngga lo banget meen. gini men, apapun yang terjadi sama lo, kita siap lo peluk dan memberikan pundak buat lo bersandar men".
Teman 1:
"idih, ko kaya homo lo, lo aja gue ogah, ihhh.."
Teman 2:
"lo kaga pengertian bener deh, udah tau temen lagi sedih".

tiba tiba aku juga berfikiran sama, akan sangat memalukan bila orang orang disektar kami berfikir kami homoseksual. akupun membasuh airmata ku dengan kedua tangan ku ini. biarpun hanya pura pura, tapi bisa jadi malapetaka kalau kami dia anggap homoseksual. tapi aku tetap tidak akan berbicara, dan sekarang situasi aman terkendali, biarkan saja mereka berfikir seperti yang terlihat.
Haduuh, apa ini, apa yang terjadi??!!!. haduh ada apa ini? kenapa bisa terjadi???. Tumpahan sambal..

Aku:
"PERIIIIIIHHHH".
Teman 2:
"yaaaah ko lo jadi kejer begini, jangan men jangan ngamuk ngamuk disini", "woy, lo bantuin dong pegangin, ntar kalo dia ngamuk ngamuk dijalan gimana".
Teman 1:
"ah ngerepotin lo, cowo cengeng, setan".
Teman 2:
"udah lo diem jangan bawel, bekep aja yang kenceng jangan kemana mana", "men udah men, gue tau itu perih buat lo udah meen sabar, jangan di inget inget lagi tu cewe".
Aku:
"Pa Pa PANAAAASS".
Teman 1:
"iye, gue juga panas nih ngeliat lo begini, bikin malu aja lo, setaan".
Teman 2:
"lo apa apaan sih temen lagi ancur gini juga", "udah men lupain dia men, lupaiiin kenangan kenangan indah lo, lupaiin semua sakit hati lo, lo harus bangkit lo harus berdiri tegar dan tegak kembali, lo harus cari cewe lain, banyak cewe lain yang lebih baik dari dia, percaya sama gue".
"ah men, jangan nunduk men, liat gue, liat gue, nah gitu lo cowo men, harus kuat".
Aku:
"Pa panaaas".
Teman 2:
"Iya, gue tau hati lo pasti panas, gue ngeliat lo begini juga jadi ikut panas".
Teman 1:
"UURGGHH CENGENG LO, GUE OBRAK ABRIK JUGA NIH MEJA!!".
Ibu pemilik rumah makan:
"aduh mas, maaf jangan mas jangan, saya minta maaf kalau tadi berkata kurang menyenangkan, maaf mas maaf".
Teman 1:
"kaga ada urusannya sama lo bu".
Teman 2:
"oke gini aja, kalo lo ngga bisa cerita sekarang its fine, sekarang lo tenang dan gue anterin lo pulang oke?!".
Aku:
"TOILEEETT?!".
Teman 2:
"oke gue izinin, gue mau lo cuci muka biar ngga malu pas keluar, oke?", "tapi lo janji jangan berbuat nekat, oke".
Aku:
"IYAAA, LEPASIN MONYET".

Sial kenapa aku bisa sial seperti ini, tumpahan sambal kurang ajar.
perih seperti terbakar rasanya mata ini. untung saja toiletnya tidak jauh.

Teman 2:
"gimana men, udah enakan?".
Aku:
"hmm".
Temen 1:
"ye ko lo ngeliatin gue nyolot, biasa doong".
Aku:
"Monyet".
Teman 1:
"ye masih untung ada gue yang badannya gede yang bisa megangin dan jagain lo, besok pasti lo bakal bilang maaf dan terima kasih karena udah ngebekep lo sekuat tenaga, liat aja pasti lo berterima kasih, setan".
Teman 2:
"udaaah jangan ribut, kita balik aja yuk sekarang", "ibu bill-nya tolong ya".

Huuu hampir saja, rencana membuat mereka terkecoh memang berhasil, tapi tidak ku sangka akan sampai kena sial yang separah ini.
Hmm, dan secara tidak sadar, aku harus mengakui saat kulihat photo itu ada setitik air mata yang memang mengalir untuknya, dan panas dalam karena cinta yang baru ini pun mereda secara tiba tiba.
Mungkin aku memang tidak terlalu terjangkit, atau mungkin aku memang masih belum bisa melupakan.
Tapi yang terlihat jelas, saat ini aku tidak benar benar mencintai siapapun, dan aku lega mengetahuinya.

Selasa, 02 November 2010

Aku dan Gambarku

Aku sedang senang dan aku yakin.
Aku akan segera menorehkan garis dan bentuk pada benda tipis berwarna putih hasil akhir olahan jantung dunia yang memberikan dzat untuk aku hirup sebagai mana kodrat ku agar tetap hidup.

Aku mulai membuat 1 bulatan besar yang disusul 2 bulatan kecil didalam bulatan besar itu.
Lalu aku membuat 2 segitiga sama sisi dengan ukuran yang berbeda, 1 ku buat didalam bulatan besar tadi 1 lagi diatas bulatan besar itu.
kemudian aku membuat 3 buah sabit seperti pisang, 1 ku letakkan di dalam bulatan besar sementara yang 2 lagi aku buat diluar bulatan itu dengan sejajar.

aaa hahahahahaha hahaha, lucunyaaaa, aku tersenyum-senyum oleh hasil dari bentuk bentuk ini.
hahahaha..

Baiklah akan kulanjutkan lagi.
Kubuat bentuk bentuk lain dibawah bulatan besar tadi mulai dari garis garis hingga bentuk lainnya.
hore selesai hahaha hahaha..
Ahh TIDAAK, kenapa terlihat seperti orang orangan sawah, padahal imajinasiku menggambarkan sosok sosok manusia yang sedang ceria bermain.

Hmm, mungkin harus ada garis garis tegas tekstur yang keras bentuk bentuk kaku dan bermacam pola lain yang perlu ditambahkan.

Baiklah akan kulanjutkan lagi.
kuhapus rubah bentuk tadi dengan garis garis tegas tekstur yang keras bentuk bentuk kaku dan bermacam pola lain.
hmm selesai.
Aaahhh TIDAK TIDAK TIDAK, mengapa menjadi seperti robot, dimana kesalahnya?!

Hmm, mungkin aku harus melihat gambar gambar yang dibuat orang lain sebagai bahan acuan agar gambarku sesuai dengan imajinasi dan niat ku.

Baiklah aku mulai melihat lihat.
Yang ini bagus, tapi hampir seperti pinokio.
Haaaa, yang ini luar biasa, tapi kenapa cemberut semua tokoh tokoh nya.
Aduh yang ini jelek sekali.
Hahahaha hahaha, yang ini lucu sekali, kepala kepala mereka lebih besar dari tubuhnya.

Tapi haduuuuuuh, jadi mana yang tepat, tidak ada yang sesuai dengan keinginanku dan apa yang aku cari.

Sudahlah, aku tidak perduli akan jadi apa.
Aku hanya ingin menggambar dengan senang hati, tidak perduli garis tekstur bentuk dan pola atau sebagainya.

Baiklah aku mulai menggambar lagi, tak perduli apa jadinya nanti, aku hanya ingin menggambar dengan senang hati.
Garis garis ku torehkan dengan apa adanya, berbagai bentuk terbuat dengan aliran yang tidak dibentuk dengan berbagai ke khawatiran ku akan berbedanya ukuran penekanan garis bentuk tekstur pola ataupun esensi.

Semua mengalir begitu saja hingga aku bagai terpaku di kursi ini. kini aku terlalu menyukai gambar ini meskipun jauh dari karya seorang maestro, karena gambar ini memiliki keindahan dan keunggulan tersendiri.

Aku yakin setiap orang yang melihat akan berfikir sama, meskipun banyak kekurangan tapi aku merasakan kebahagian, karena tokoh tokoh pada gambar inipun seolah berkata; "aku tersenyum tanpa garis garis tekstur pola dan bentuk senyuman oleh torehan torehan dari imajinasimu tetapi jenis kertas dan proses yang kau lakukan".

alasan, sebab dan keputusanku

Aspal dijalan akal dengan rambu rambu sebagai peringatan seringkali mengecoh, merubah apa yang terlihat menjadi yang terasa dan apa yang terasa menjadi yang terlihat.
Situasi ini hampir membuatku menggunakan rangkaian benang halus yang terjalin hingga berbentuk persegi dibawah kantung mata ku sendiri.

Aku menghindar dari matamu, bukan karena aku membencimu.
Aku takut, aku terlalu takut kau melihat dan membaca cerita dibalik mataku.

Aku berlari dari sosokmu, bukan karena aku marah.
Aku takut, aku terlalu takut kau mengetahui bahwa aku sedang berada disituasi yang tidak aku inginkan.

Aku berpaling dari wajahmu, bukan karena aku tidak ingin melihatmu.
Aku takut, aku terlalu takut kau menyadari bahwa kaulah penyebab semua ini.

Aku tetap berdiri disini, bukan karena aku tidak tahu harus kemana.
Tetapi karena aku ingin kau berfikir bahwa aku baik baik saja.
Aku tidak ingin kau berubah, aku ingin kau tetap tidak memikirkan ku.
Aku tidak ingin aku menjadi alasan akan sesuatu setelah kau mengetahui kau adalah penyebab.

Aku tetap akan menyimpan ini sendiri.

Senin, 01 November 2010

Baku hantam antar hati

Baku hantam antar hati.
Membuat pipi ini memerah dengan rona, membuat hati ini memerah dengan esensi mawar yang bersemi.
Rasa ini telah dicuri olehnya rasa baru yang menggantikan dia yang kukira segalanya.
Aku bahagia, sungguh.
Ini perasaan yang aku tunggu selama ini.

Baku hantam antar hati.
Membuatku selalu tersenyum meski diatas merananya perjalanan ini.
Perjalanan ini berliku liku dan berbatu, tapi aku sangat menikmatinya.
Ini adalah mata air yang aku tunggu ditengah dahagaku di padang pasir ini.
Aku bahagia, sungguh.
Ini perasaan yang aku cari selama ini.

Baku hantam antar hati.
Logika ini membuatku bergetar akan rasa takut dan bersalah.
Bagian terkecil dan terdalam hati ini berontak dan bertarung dengan bagian lain.
Keributan ini bergemuruh hingga ke kepalaku.
Mereka saling berteriak padaku.
Mereka saling merayuku.
Mereka saling menasehatiku.
Mereka saling meyakinkanku.

Baku hantam antar hati.
Senyumku terbata sekarang.
Kebahagianku perlahan menguap di udara karena panasnya gejolak dihati.
Rasa yang aku tinggalkan, menuntut untuk kembali di tempat dia seharusnya berada melalui rasa bersalah dan etika.

Baku hantam antar hati.
Siapa yang harus aku unggulkan?.
Mereka sama kuat meski dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda.

Raja dan Kejayaannya

Aku marah, aku kecewa, aku sedih.
Latar belakang menjadi fiksi, dan khayalan menjadi realitas.

Kebodohan terulang lagi
Mengapa harus berucap, kata yang tidak ingin aku ucapkan.
Mengapa aku menjadi sosok yang aku hindari, sosok yang membuatku berlari saat dia datang.
Mengapa aku kembali ke masa kejayaannya itu.
Mengapa aku membiarkan diriku memiliki kejayaanya itu.

Maaf, aku melibatkanmu di kerajaan ini.
Maaf, aku melupakan apa yang seharusnya aku berikan.
Maaf.

Aku tidak akan berhenti disini, aku akan berjuang sekuatnya untuk merubah semua ini.
Ku harap engkau tetap tenang, semua akan berjalan seperti seharusnya.
Aku akan melawan waktu, aku akan melawan sosok itu, meskipun dunia akan menghancurkan aku setelah melawannya.

Aku akan selalu menjagamu.
Aku akan selalu ada disampingmu.
Aku akan selalu menjadi keinginanmu.

Maaf aku hampir melupakan kodrat takdir dan kewajibanku atas keberadaanmu.
Maaf aku telah membodohi diriku.
Tapi semua ini harus tak terulang lagi!.

Aku ingin teriak ditelingaku sendiri, dengan kata penuh caci maki dan hinaan.
Tapi aku harus tetap tenang, untuk menghancurkan kejayaan raja di kerajaan ini.
Pegang kata kata ku erat erat; "aku akan menghancurkan kejayaannya, akan aku rubah kerajaannya menjadi kerajaanku agar kau dapat bernafas tersenyum bermain di kerajaan yang seharusnya".