Kamis, 11 November 2010

Mayat mayat tersenyum

Bertebaran mayat mayat dengan senyum disuatu kota.
Membusuk ditepian jalan, hanya ditutupi koran mingguan bekas dengan tulisan samar.

Bau busuk itu sungguh menggangu, sungguh sungguh menggangu. bahkan bau busuk itu tercium hingga kekota lain, sampai sampai mereka berani mendekati mayat mayat untuk membaca lewat koran mingguan bekas itu demi keingin-tahuan, entah itu untuk pembelajaran agar mereka terhindar dari kejadian ini atau hanya untuk lebih membusukan mayat mayat.

Aku duduk bertumpu pada telapak kaki melipat kedua lutut memeluknya dengan erat dan menciumnya seraya melihat mayat mayat yang tergeletak disekelilingku hingga batas terjauh mata memandang.

Didalam kepalaku berputar dan hilir mudik kata kata berakhiran tanda tanya;
apa yang membuat mereka menjadi mayat?,
apa yang membuat mereka semua tersenyum?.

Didalam kepalaku berputar dan hilir mudik kata kata berakhiran tanda seru;
kalau penyebabnya adalah setan, mereka pasti ....!
kalau penyebabnya adalah wabah mereka pasti ....!
kalau penyebabnya adalah bencana alam mereka pasti....!
kalau penyebabnya adalah kelaparan mereka pasti ....!
kalau penyebabnya adalah perang mereka pasti ....!.

Aku tidak mampu berlari bahkan menggerakkan sedikit saja sendi sendi.
Putaran putaran dan hilir mudik yang berlalu lalang ricuh, memaku mulai dari ujung jari hingga ubun ubun.
Aku menunggu, aku menanti, sampai kulihat sosok dengan masker berdiri menatapku dari kejauhan. Harapan itu masih ada, Ku angkat kepalaku dan tersenyum berharap dia tahu bahwa aku masih bernafas, aku masih hidup. Meskipun lidah dan bibir hingga seluruh tubuhku telah kaku oleh dinginnya kutub kutub.

Seharusnya, dia tidak perlu datang.

Agar aku tidak tersenyum akan sebuah harapan dan angan angan yang membumbung jauh ke langit.

Agar aku tetap mati beku dan kaku oleh dinginnya kutub kutub dalam keadaan menundukan kepala dan memeluk lutut.

Agar aku bisa menjadi prasasti akan kengerian yang berakhir maut oleh kebisuan dan ketidak pedulian atas hidup dan pemikiran dikota ini.

Dan helaan nafas terakhir, ku hembuskan dengan senyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar