Aku bersembunyi dari keramaian disebuah lorong disamping toko "Harapan".
Aku menyandarkan punggung pada dinding lorong.
Melempar angan jauh kedepan.
Menatap langit.
Memejamkan mata.
Menarik nafas panjang.
Tersenyum kecil dengan pasrah.
Kuhembuskan nafas perlahan.
Menundukkan kepala.
Membuka mata.
Aku berkata didalam hati dengan tersenyum;
"Aku akan selalu berdo'a dan bersyukur untuk tidak membenci siapapun".
Aku melihat kearah keramaian di ujung lorong.
Disana terdapat banyak tawa; tawa ceria, tawa bingung, tawa hampa, tawa yang terbata, tawa paksa, tawa satir, tawa mangkir dan tawa berantai.
Tawa itu ada dimataku, mungkinkah terlihat sama dimata mereka.
Aku membalikkan badanku.
Memijakkan langkah pertama untuk kembali kearah keramaian itu.
Satu dua tiga langkah dan aku terhenti.
Mengangkat kepala dari sudut menunduk.
Meluruskan pandangan.
Memalingkan kepala kesamping.
Dia, berada tepat disampingku.
Melihat lurus kedepan dengan mata berseri penuh impian. Tersenyum seolah berkata;
"Aku akan menemanimu. Kau tidak akan sendiri lagi dimanapun".
"Percaya padaku, semua akan terlewati dengan baik, meskipun aral melintang".
"Aku ingin kau menungguku, hingga aku benar benar siap untuk berada disampingmu".
Dia, menghilang.
Aku tersenyum lebih besar sekarang.
Memalingkan wajah kedepan, kearah keramaian.
Aku bersiap untuk berlari kesana, dengan berkata dalam hati;
"Aku akan menunggumu, selalu dan tak akan pernah letih. Aku tidak akan membenci ataupun marah dan kecewa seandainya kau tidak akan benar benar datang. Karena aku berjalan dan berlari dengan berfikir akhir yang baik atau buruk hanyalah persepsi".
"Adanya dirimu dan semua adalah anugrah yang indah".
"Terima kasih, untuk kisah ini dengan apapun akhir cerita yang belum tertulis".
"Aku menunggumu dan berharap kau tetap tersenyum disana".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar